Jakarta, 11 Desember 2004 21:44
Pemusik kondang Harry Roesli (53) meninggal dunia di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, Sabtu, pukul 19.55 WIB, setelah dirawat sejak 3 Desember 2004 di rumah sakit itu karena menderita gagal jantung. Kakak almarhum, dr. Ratwini ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Sabtu, menyebutkan kondisi Harry Roesli memburuk sejak hari Jumat (10/12) saat terkena serangan jantung kedua yang menyebabkan gagal jantung dan gagal paru.
Sementara itu dari rumah sakit diperoleh kabar bahwa hingga berita ini dilaporkan jenasah almarhum masih berada di ruang ICU, sebelum dibawa ke rumah keluarganya di Jakarta.
Menurut Ratwini, jenasah akan dibawa ke rumahnya di Jalan Besuki Nomor 10, Menteng, Jakarta Pusat untuk disemayamkan dan Minggu pagi (12/12) akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Ciomas, Bogor, Jawa Barat. Harry Roesli yang lahir di Bandung, Senin, 10 September 1951, dirawat sejak 3 Desember 2004 di Ruang Paviliun Sukaman kamar 4401 Rumah Sakit Harapan Kita.
Almarhum meninggalkan isteri, Kania Perdani dan dua orang anak Lahami Krishna Parana dan Layala Layala Krishna Parana.
Sebelumnya, pada hari Senin (6/12), isteri dan kakak Harry Roesli, memberikan keterangan pers di Rumah Sakit Harapan Kita Asisten Direktur Medik dr RWM Kaligis Sp JP, dr Tarmizi Hakim Sp BT, dan Kepala Departemen Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof dr Dede Kusmana Sp JP, perihal penyakit yang diderita pemimpin Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB) itu, .
Harry pada Selasa (30/11) mengeluh sesak nafas dan sekitar pukul 20.00 WIB ia mengecek kesehatannya di RS St. Boromeus Bandung dan hasil pemeriksaan saat itu menunjukkan tekanan darah rendah dan kadar gula tinggi, sedangkan hasil ECG menunjukkan Harry terkena serangan jantung.
Hingga Kamis (2/12) kondisi Harry tidak membaik, dengan dugaan ada gangguan ginjal, dan kemudian dipindahkan ke RS Harapan Kita, Jakarta.
Jumat 3/12), pukul 09.00 WIB, Harry diterbangkan dari Bandar Udara Husein Sastranegara menuju Bandar Udara Halim Perdanakusuma dengan menggunakan pesawat terbang sewaan.
Di RS Harapan Kita, upaya menstabilkan kondisi kesehatannya langsung ditangani oleh tim dokter yang terdiri dari dr Sunarya Soerianata dan Prof dr Harmani Kalim dan keesokan harinya dilakukan tindakan kardiak intervensi nonbedah berupa kateterisasi jantung, ballooning (balonisasi), dan pemasangan stent.
Harry selama sepuluh tahun terakhir juga dikenal telah menderita penyakit diabetes dan hipertensi.
Aktivis Harry Roesli, anak bungsu pasangan Roeshan Roesli dan Edyana, sedangkan Kania adalah putri sulung dari enam bersaudara pasangan Syabar Handiman Karta mihardja (adik kandung pengarang Achdiat Kartamihardja) dan Joote Ardiwilaga.
Ayahnya dikenal juga sebagai seorang pemusik sekaligus pengarang, dan ibunya seorang penari dan penyanyi sunda.
Harry tidak hanya "aktivis" musik, tapi juga aktivis kampus.
Sebagai mahasiswa jurusan mesin penerbangan ITB, ia ikut terseret dalam gejolak peristiwa Malari 1974 yang juga merembet ke Bandung dan pada tahun 1978 ia dikeluarkan dari ITB, karena kegiatannya dianggap membahayakan keamanan negara.
Tahun itu juga Harry yang semula diharapkan jadi dokter oleh orangtuanya - mendapat beasiswa untuk mengikuti pendidikan musik elektronik di Rotterdam Conservatorium, Belanda.
Sebelum berangkat, tanggal 23 Agustus 1978,ia bertunangan dengan Kania dan saat liburan panjang tanggal tanggal 24 Agsustus 1989, Harry menikahi Kania.
Beberap waktu belakangan ini, Harry juga dikenal sebagai salah seorang juri Akademi Fantasi Indosiar (AFI) yang merupakan lomba bintang idola baru.
Harry juga dikenal sebagai penulis masalah musik dan sosial, bahkan tak jarang lagu-lagunya berisi kritik sosial.
Bersama DKSB, Harry pernah menelurkan album opera musik berjudul "Ken Arok" yang sangat terkenal pada era 1980-an.
Pada tahun 2001, Harry juga sempat diperiksa oleh polisi di Polda Metro Jaya sehubungan adanya dugaan dari kepolisian dengan syair kritikan tentang falsafah negara, Pancasila, yang diplesetkan. [EL, Ant]