Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Pages

Jalur Padat Menuju Cikeas

Written By JOM JALAN on 15/10/04 | Jumaat, Oktober 15, 2004


TIDAK sudi menjadi presiden yang loyo, Jenderal (purnawirawan) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kini rajin menggembleng diri. Tiap pagi selepas subuh, ia sudah bersimbah keringat, setelah hampir satu jam pria 55 tahun ini beraksi di atas treadmill dan sadel sepeda statis di kediamannya, Puri Cikeas, Bogor. Sejenak ia istirahat, lalu tensi darah dan denyut nadinya diperiksa dokter. ''Kesehatannya prima, staminanya fit dan terjaga,'' kata dr. Robert. P. Hutabarat, dokter pribadi SBY.

Kebugaran tubuh menjadi kebutuhan mendasar belakangan ini. Sebagai presiden terpilih, setiap hari seabrek kesibukan siap menanti. Senin lalu, misalnya, SBY sudah kedatangan Yusril Ihza Mahendra, Ketua Umum Partai Bulan Bintang, pukul 08.00. Disusul oleh Muhammad Jusuf Kalla (MJK), wakil presiden, 45 menit kemudian. Tak lama, Laksamana (purnawirawan) Widodo AS, bekas Panglima TNI, juga nongol. Pembicaraan empat tokoh itu --kini banyak yang menyebutnya Tim Empat-- baru berakhir pukul 11.00.

Susilo tak sempat beristirahat, karena Purnomo Yusgiantoro, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada kabinet Megawati, sudah datang. Mereka agaknya bicara panjang lebar, hampir dua jam. SBY meminta keterangan dan data seputar masalah bahan bakar minyak. Beres dengan Purnomo, ia menggelar rapat dengan 11 tenaga ahli muda dan profesional, Andi Mallarangeng dan kawan-kawan, yang selama ini dekat dengannya. Pertemuan berlangsung hingga sore hari.

Kesibukan SBY lebih berjibun lagi, sejak Jumat ini. Hari di mana SBY mulai memanggil orang-orang yang bakal jadi pembantunya di kabinet. Setumpuk daftar usulan calon menteri sudah masuk ke mejanya. ''Tingginya kalau diukur sudah segini saya,'' kata lelaki tinggi besar ini seraya menunjuk dadanya. Pengirimnya beragam, ada yang dari partai politik, kelompok-kelompok profesi, hingga lembaga swadaya masyarakat.

Tentunya, tak semua usulan itu bisa diterima. Hanya 34 orang yang bakal terpilih, sesuai dengan jumlah kursi menteri yang disiapkan untuk kabinetnya. Untuk mendapatkan orang-orang pilihan itu, SBY akan melakukan uji kelayakan dan kepatutan langsung. ''Apakah para calon menteri itu layak dalam hal integrasinya, kemampuan, loyalitas, dan apakah mereka disukai pasar,'' ujar SBY.

Dijadwalkan, proses seleksi sudah rampung menjelang pelantikan presiden, 20 Oktober mendatang. Sehingga, sore harinya bisa menyusulkan pelantikan para menteri. Selama menanti hari-H, identitas para menteri ini disembunyikan. Sampai-sampai tempat pemanggilan para kandidat pun disembunyikan. Bisa di Cikeas, bisa pula di tempat lain. Andi Mallarangeng, juru bicara sementara, memberi gambaran, kabinet bakal diisi oleh 40% orang-orang dari partai politik, dan sisanya dari kalangan profesional.

Siapa saja menteri pilihan SBY itu? Tak mudah memastikannya. Tapi setidaknya bisa ditelusuri dari jalur-jalur yang dilewati para kandidat itu sebelum menuju Cikeas. Setidaknya ada empat jalur yang bisa dilalui para kandidat itu sebelum menuju Cikeas. Yakni: partai politik penyokong pasangan SBY-MJK, organisasi keagamaan, organisasi kemasyarakatan, dan jalur profesi. Di luar itu, ada juga yang memanfaatkan saluran para kiai yang dikenal punya akses ke SBY, dan ada pula yang berjuang sendiri-sendiri.

Geliat penggodokan calon menteri, misalnya, tampak di Partai Demokrat, yang mendorong SBY ke kontes calon presiden. Partai ini telah mengirim daftar "jago"-nya dalam tiga "kloter". Kloter pertama berisi sembilan nama. Kemudian disusul gerbong kedua berisi 21 nama. ''Kloter ketiga menyusul,'' kata Subur Budhisantoso. Padahal, menurut Andi Mallarangeng, masing-masing partai pendukung paling hanya kebagian dua kursi.

Menurut Budhi, sebenarnya calon menteri yang resmi dari kantong Partai Demokrat adalah yang di kloter pertama. Tapi, karena banyaknya keinginan dari pengurus partai yang masuk kabinet dan mengisi jabatan instansi pemerintah serta badan usaha milik negara, Budhi terpaksa meloloskan dua kloter susulan. Itu pun diluluskan oleh gurus besar Jurusan Antropologi Universitas Indonesia ini dengan ngedumel. "Karepmu, tulisen kabeh (Terserah kamu, tulis saja semua)!'' Budhi mengulangi ucapannya kepada orang-orang Partai Demokrat.

Sayangnya, Budhi enggan menyebut nama-nama yang masuk dalam gerbong pertama. Namun ia tak menampik bahwa Irzan Tanjung dan sekretaris jenderal partai, E.E. Mangindaan, masuk dalam daftar. Kabarnya, Irzan diplot untuk menjadi Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Industri, sedangkan E.E. Mangindaan sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Tentu, untuk memperolehnya, mereka harus bersaing dengan kandidat yang masuk dari jalur lain. Sementara Budhi sendiri disebut-sebut bakal mengisi kursi Menteri Sosial atau Menteri Kebudayaan.

Penyokong SBY lainnya, Partai Bulan Bintang, juga sudah menyodorkan sejumlah nama. Namun, kabarnya, yang paling kuat terpilih hanya dua orang. Peluang Yusril Ihza Mahendra sepertinya tak terbendung. Selain posisinya sebagai ketua umum partai, guru besar hukum tata negara Universitas Indonesia ini termasuk orang yang selalu dimintai pendapat oleh SBY. Posisi Sekretaris Kabinet atau Menteri Koordinator Hukum dan Politik Keamanan konon menantinya. Satu lagi calon menteri dari kantong Partai Bulan Bintang adalah M.S. Kaban.

Yang adem-ayem justru Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), partai gurem yang sejak awal telah menjagokan SBY. Semula tersebutlah nama Tato Pratamanggala, Wakil Ketua Umum PKPI, untuk masuk kabinet. Belakangan, kader lain, Muthia Hatta, ikut meramaikan bursa kabinet. Selain menjadi wakil partai, putri sulung proklamator Mohammad Hatta ini sekaligus mewakili tokoh kaum perempuan. Menanggapi peluangnya ini, kepada Elmy Diah Larasati dari Gatra, Muthia hanya berujar, ''Maaf, saya belum mau bicara tentang itu.''

Bursa menteri diramaikan juga oleh partai politik yang belakang mengalihkan dukungannya kepada SBY, yakni Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dari PAN, menurut Yasin Kara, Wakil Sekjen PAN, muncul nama Hatta Radjasa dan Bambang Sudibyo. Keduanya sudah disodorkan secara lisan ketika SBY menemui Amien Rais, Ketua Umum PAN, di Yogyakarta.

Namun, baik Hatta maupun Bambang masih bungkam soal pencalonannya itu. ''Saya malah belum tahu,'' kata Bambang, ekonom senior Universitas Gadjah Mada yang juga Menteri Keuangan era pemerintahan Gus Dur itu. Sedangkan Hatta, Menristek Kabinet Gotong Royong, menanggapinya secara diplomatis. ''Saya siap menerima apa pun keputusan partai, namun lebih ingin berkonsentrasi di Senayan,'' kata anggota DPR dari PAN itu.

Dari kubu PKS, kandidat menterinya digodok oleh Lembaga Tinggi Partai, yang terdiri dari Ketua Majelis Syuro, Ketua Majelis Pertimbangan Partai, Ketua Dewan Syariah, sekjen, dan bendahara umum. Lantas, menurut Rahmat Abdullah, Ketua Majelis Syuro, lembaga ini telah memberi mandat kepada tim beranggota empat orang untuk bernegosiasi dengan pihak SBY. Menurut Hidayat Nur Wahid, kini Ketua MPR, SBY pernah mengatakan akan melibatkan kader PKS dalam kabinet. ''Insya Allah, Pak SBY tidak melupakan janjinya,'' katanya.

Siapa saja anggota tim itu dan siapa pula kandidat menterinya? Semua petinggi partai tutup mulut. ''Takut salah nanti saya,'' kata Tifatul Sembiring, penjabat Presiden PKS yang sementara waktu menggantikan Hidayat Nur Wahid, kepada Alfian dari Gatra. Namun, di luaran, beredar nama-nama Fuad Bawazier, Irwan Prayitno, Edi Suparno, Soeripto, dan Anis Matta, kader PKS yang siap masuk jajaran kabinet.

Perebutan kursi kabinet juga seru di Partai Persatuan Pembangunan (PPP), partai yang last minute berbelot dari Koalisi Kebangsaan, "rival" kubu SBY. Bachtiar Chamsyah, Menteri Sosial kabinet Mega, yang semula peluangnya "aman", tiba-tiba tereliminasi. Kabarnya, rival Hamzah Haz dalam perebutan Ketua Umum PPP lalu itu tersingkir setelah Hamzah bertemu SBY, Selasa malam lalu.

Kabarnya, dalam pertemuan di rumah Hamzah di Bogor itu, Hamzah langsung menyodorkan empat nama, yakni Ali Marwan Hanan, Surya Dharma Ali, Zarkasih Noor, dan Endin Soefihara. Sementara itu, dari kalangan profesional, Hamzah mengusulkan nama La Ode Kamaloeddin, orang dekatnya Hamzah yang selama ini aktif di kantor wakil presiden.

Namun munculnya nama-nama tersebut dibantah Ahmad Farial, salah satu Ketua PPP, yang menemani Hamzah. Nama-nama itu baru muncul belakangan, setelah Dewan Pimpinan Pusat PPP melakukan musyawarah pada Rabu siang. Hasilnya tak bergeser dari empat nama yang sudah disebut di atas. Ali menjadi calon kuat dari unsur unsur Parmusi, setelah pentolan Parmusi lainnya, Bachtiar, gugur. Sedangkan tiga nama lainnya mewakili unsur Nahdlatul Ulama (NU).

Kalau Ali tanpa saingan, tampaknya rebutan kursi bakal seru terjadi di antara kader PPP dari unsur NU. Maklumlah, PPP belum tentu mendapat jatah empat kursi. Tapi, menurut sumber Gatra di PPP, tampaknya Surya Dharma lebih berpeluang untuk maju. "Yang lainnya pelengkap penderita saja," ujarnya sembari tersenyum kecil.

Peluang besar yang dimiliki Surya ini lebih karena "restu" Hamzah. Maklum, masuknya Surya ke kabinet tentu akan membuat satu kursi PPP kosong di parlemen. Nah, kursi kosong inilah yang nantinya memudahkan Agus Haz, putra Hamzah, masuk di parlemen menggantikan Surya.

Namun "skenario" ini bisa saja tak mulus. Walau sama-sama dari satu daerah pemilihan Jakarta I, Agus hanya bercokol di nomor urut tiga. Sedangkan PPP hanya meraup satu kursi di DPR dari daerah pemilihan ini. Sementara itu, di bawah Surya masih ada Lena Mariana Mukti. Tentunya Lena berpeluang menggantikan Surya. Selain nomor urutnya lebih "jadi", ia juga punya posisi penting di partai, yakni fungsionaris dewan pimpinan pusat.

Jalan lain yang bisa dilalui calon menteri untuk dipanggil SBY ke Cikeas adalah lewat NU dan Muhammadiyah. Kedua organisasi Islam besar ini telah dijanjikan kursi menteri jauh-jauh hari, ketika SBY bicara dalam seminar Badan Musyawarah Antargereja di Surabaya, 24 Agustus lalu. NU akan mendapat pos Menteri Agama, sedangkan Muhammadiyah kebagian Menteri Pendidikan Nasional.

Seakan ingin memenuhi janjinya, SBY menemui Syafi'i Ma'arif, Ketua Umum PP Muhammadiyah, di Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Rabu dua pekan lalu. Namun, menurut Syafi'i, pembicaraan itu masih menyangkut hal-hal umum. Belum sampai pada nama-nama calon menteri. ''Jika diminta, saya akan siapkan (kader) yang terbaik,'' kata guru besar ilmu sejarah Universitas Negeri Yogyakarta itu.

Namun Abdul Mu'ti, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, menuturkan, dari informasi yang beredar, pihaknya mendapat jatah dua posisi menteri. Selain pos Menteri Pendidikan Nasional yang sudah lama didengung-dengungkan, juga posisi Menteri Kesehatan. Untuk mengisi kedua jatah ini, Muhammadiyah sudah menimang-nimang kader unggulannya.

Moeslim Abdurrahman, Ketua Lembaga Pengembangan Buruh, Tani, dan Nelayan, berbagi peluang dengan Din Syamsuddin, Ketua PP Muhammadiyah, Zamroni, dan Sofyan Effendy, Rektor Universitas Gadjah Mada, untuk jadi Menteri Pendidikan. Sedangkan untuk calon Menteri Kesehatan hanya muncul nama Soedibyo Markus, Ketua Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat PP Muhammadiyah yang juga konsultan di United Nation Development Program. "Siapa yang akan ditunjuk, tergantung Pak SBY dan Pak Syafi'i," ujar Mu'ti.

Dari arah yang lain, ada calon menteri dari jalur NU, sekaligus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), seperti dilansir Forum Langitan. H. Fathorrasjid, juru bicara forum itu, menyebutkan lima nama yang diusung ke Puri Cikeas. Mereka adalah Alwi Shihab, Saifullah Yusuf, Mahfud MD, Salahudin Wahid, dan KH Yusuf Muhammad. Dari nama-nama itu, hanya Saifullah Yusuf yang kabarnya sudah dielus SBY untuk jadi Menteri Kepemudaan.

Adapun untuk posisi Menteri Agama, tampaknya Salahudin Wahid, adik kandung Gus Dur, berpeluang besar. ''Gus Solah (sapaan akrab Salahudin) adalah kader NU yang cukup kapabel,'' ujar KH Anwar Iskandar, Ketua Dewan Syuro PKB Jawa Timur, tentang cawapres pasangan Wiranto ini kepada Arif Sujatmiko dari Gatra. Kabarnya, Gus Solah hanya mendapat saingan dari Maftuh Basuni, kader NU yang kini menjadi Duta Besar RI untuk Arab Saudi.

Di luar jalur itu, masih ada jalur profesional yang diajangkan untuk mengisi pos menteri bidang ekonomi dan hukum. Misalnya Setyanto P. Santosa, bekas Direktur Utama PT Telkom, yang disebut-sebut bakal mengisi Menteri BUMN. Selama musim kampanye, bekas Deputi Bidang Industri Menneg BUMN ini masuk geng "Lembang Sembilan", tim sukses MJK.

Setumpuk daftar inilah yang menanti panggilan SBY. Dengan sisa waktu yang kurang sepekan dari jadwal pelantikan presiden, wajar kalau SBY harus ekstra keras menyortir mereka. Dibutuhkan kondisi fit agar tak salah pilih.

Hidayat Gunadi, Luqman Hakim Arifin, dan Hatim Ilwan
[Laporan Utama, Gatra Nomor 49 beredar Jumat 15 Oktober 2004]