Majikan Faridah Bantah Lakukan Rekayasa
Christ J. Karto, majikan Faridah Abdullah, membantah tudingan dirinya melakukan rekayasa dalam kasus pengungkapan skandal seks rumah tangganya dengan sejumlah orang
Kepada Antara di
"Saya membantu Faridah mengungkapkan masalahnya. Semua pernyataannya termasuk yang tertulis adalah manifesto dari pemikirannya sendiri," kata Christ.
Pernyataan Faridah termasuk
Christ, yang kini sudah menjadi warga negara AS, mengatakan bahwa ia dan keluarganya juga berhak menuntut orang-orang yang telah "mengaryakan" Faridah tanpa sepengetahuan dirinya selaku pemilik rumah.
"Kepada mereka, hukum Amerika harus mengambil tindakan," ujarnya seraya mengatakan bahwa ia sudah berkonsultasi dengan Jaksa dan pengacaranya di
"Siapa pun yang masuk ke rumah saya tanpa izin saya, walau pun yang membukakan pintu itu pembantu saya, saya berhak menuntut," kata Christ di rumahnya di kawasan Woodside,
Christ mengakui sejak kasus tersebut menyebar, saat ini ia sudah hampir tidak memiliki teman lagi. Hubungannya dengan pejabat dan staf KJRI, katanya, sudah tidak serasi lagi. "Padahal KJRI dulu adalah ladang mata pencaharian saya," kata mantan staf lokal KJRI New York tersebut. "Posisi kami jelas terjepit karena ini juga menyangkut teman dekat dan keluarga kami," tambahnya.
Ia membantah bahwa ia saat ini sedang mengalami masalah keuangan sehingga merekayasa kasus tersebut.
"Saya masih bisa menjalankan bisnis saya dan itu sudah cukup untuk kehidupan kami," kata Christ yang ahli di bidang komputer tersebut.
Christ juga menyesalkan pernyataan Menlu Hassan Wirajuda kepada pers di
Christ Karto menampung Faridah pada awal Januari 2003 setelah wanita asal Bima, NTB, itu melarikan diri dari majikannya asal Arab Saudi yang tinggal di Boston.
Ia mengaku cocok dengan Faridah yang bisa menjaga anak-anaknya, terutama anak pertamanya yang menderita autisme.
Kasus tersebut merebak setelah beberapa bulan lalu wanita berusia 24 tahun itu, Juli lalu, membuat surat pernyataan yang ditandatanganinya beserta notaris publik berisi masalah yang dialaminya, termasuk hubungan seks-nya dengan 41 orang Indonesia di New York.
Beberapa pejabat KJRI termasuk dalam daftar yang beredar dari tangan ke tangan dan akhirnya sampai ke media
KJRI New York sendiri sudah melakukan klarifikasi dan menilai kasus tersebut tidak benar serta menduga adanya aktor intelektual yang merekayasa untuk kepentingan tertentu. [Tma, Ant]