Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Pages

Bom Guncang Jakarta, 6 Tewas - Jumat, 10 September 2004

Written By JOM JALAN on 10/09/04 | Jumaat, September 10, 2004

Jakarta, Kompas - Sebuah bom berkekuatan besar (high explosive), meledak di depan kantor Kedutaan Besar Australia, di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (9/9) sekitar pukul 10.25. Hingga Kamis malam, setidaknya enam orang tewas dalam kejadian ini, serta 161 lainnya luka-luka. Ledakan itu dipastikan berasal dari bom mobil, modus yang mirip dengan bom Bali dan bom JW Marriot. Namun masih diselidiki apakah itu bom bunuh diri, atau bukan.

Teror tersebut, seperti dikatakan Kepala Kepolisian Negara RI (Polri) Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar, berasal dari bom mobil, yang saat itu tengah melintas di jalur lambat di depan kantor Kedubes Australia. Keyakinan polisi ini berdasarkan adanya penemuan puing-puing mobil yang hancur di lokasi.

"Saat ini polisi sedang mengidentifisir mobil apa itu, dan kita telah mendapatkan chasisnya. Kalau anda tanya bagaimana ini bisa terjadi, ya satu-satunya cara untuk mengungkap adalah dengan mengurai mobil itu," kata Da'i, beberapa saat setelah ledakan.

Modus operandi dengan menggunakan bom mobil itu, lanjut Da'i, mirip dengan peledakan bom di Kuta, Bali, 12 Oktober 2002; dan bom di Hotel JW Marriot, Jakarta Selatan, 5 Agustus 2003. "Tetapi hingga sekarang belum dipastikan apakah ledakan itu bom bunuh diri. Pasalnya, keberadaan seseorang di dalam mobil tersebut, sedang diselidiki," tambah Kepala Polri

Keenam korban tewas adalah Rini Dewi Puspita (19), Suryadi (tukang kebun Kedubes Australia), Anton Sujarwo (petugas satuan pengamanan Kedubes Australia), Mugofir (46), Syaefudin, dan Maria Eka Kumalasari (27). Mayoritas korban tewas akibat luka bakar dan luka akibat proyektil. Hingga Kamis malam, tercatat 161 korban luka-luka yang dirawat di berbagai rumah sakit di Jakarta, sesuai keterangan staf Hubungan Masyarakat Departemen Kesehatan, Mariani Leksoprojo.

Di depan truk polisi

Informasi yang dihimpun Kompas dari sejumlah penyelidik Polri, dan berdasarkan pemantauan di lokasi, menyebutkan, mobil yang meledak berjarak sekitar tiga meter di depan truk polisi, yang sisi depannya rusak parah. Sekitar dua meter dari posisi mobil meledak, adalah jalan masuk ke kantor Kedubes Australia.

Di titik ledakan, -yang berada tepat di muka hidran-, terdapat sebuah lubang berdiameter sekitar dua meter, yang kedalamannya tak mencapai satu meter. Adapun mobil itu sendiri, diduga luluh lantak karena hebatnya ledakan.

Bom tersebut juga meluluhlantakkan pagar besi warna hijau di kantor Kedubes Australia, tenda tempat petugas satpam dan polisi berjaga-jaga, dan menghanguskan beberapa pohon di halaman kantor. Beberapa potongan tubuh manusia juga tampak di sejumlah sudut lokasi.

Namun, versi lain yang dihimpun dari beberapa saksi menyatakan, bom itu berasal dari sebuah sepeda motor. Seorang saksi yang mengaku bernama Soni menyatakan, peledakan itu berawal dari melintasnya dua orang yang berboncengan naik sepeda motor, dari arah Menteng, Jakarta Pusat menuju perempatan Mampang. Tidak lama setelah itu, langsung terjadi ledakan, yang disertai bola api dan menimbulkan asap putih yang terus membumbung tinggi. Soni, yang saat itu berada 200 meter dari titik ledakan, melihat tubuh dua pengendara motor itu hancur.

Sedangkan Ari, juga seorang saksi mata, menyaksikan, sesaat setelah ledakan, ia melihat ada potongan kepala yang memiliki jenggot, terlempar tak jauh dari tempatnya berdiri. Potongan kepala hingga sebatas perut itu, dicurigai polisi sebagai pelaku bom bunuh diri.

Kerusakan parah

Bom tersebut juga menimbulkan kerusakan parah pada kurang lebih 10 bangunan di sekitarnya, dengan jarak sekitar 300 meter sisi kanan, kiri, dan seberangnya. Beberapa gedung yang rusak berat, -selain kantor Kedubes Australia-, di antaranya Plaza 89, kantor Kementerian Usaha Kecil dan Menengah, Menara Gracia, Graha Binakarsa, Sentra Mulia, serta kantor eks Bank Upindo.

Beberapa korban dari kantor Kementerian Menkop/UKM, antara lain, Sekretaris Menetri Koperasi Fajar Sofiar, yang berkantor di Lantai 7. Namun, yang tergolong parah adalah Wayan Endiarja, Kepala Biro Perencanaan, yang kantornya juga di Lantai 7. "Hingga kini Pak Wayan masih dirawat di Rumah Sakit MMC," tutur Humas Kementerian Koperasi/UKM, M Soleh.

Efek ledakan juga terasa hingga lebih dari satu kilometer dari titik ledakan, seperti di kawasan Palmerah, Jakarta Pusat, dan Warung Buncit, Jakarta Selatan. "Pantas saja kalau bom ini membuat kawasan Kuningan porak-poranda. Wong sampai Warung Buncit saja getarannya terasa," ujar Ferdi, salah seorang mahasiswa Perbanas yang kemarin akan datang ke kampusnya di Rasuna Said, dari bilangan Warung Buncit.

Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, di tempat kejadian menjelaskan, tidak satu pun warga Australia yang menjadi korban. "Tetapi saya mendegar ada seorang warga negara Cina yang mengalami luka ringan yang dirawat di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Mintoharjo, Pejompongan," jelasnya.

Ia juga menegaskan bahwa kejadian tersebut sudah disampaikan kepada rekannya, Menteri Luar Negeri Australia, Alexander Downer. Ia menegaskan, kejadian tersebut tidak akan mengurangi kekompakan kerja sama RI-Australia untuk memerangi bentuk terorisme.

Bahkan, tambah Hassan, setelah hal informasi tentang teror ini disampaikan, Australia justru menawarkan bantuan untuk pengungkapan kejadian tersebut. "Tentu bantuannya seperti yang sudah berlangsung berupa kerja sama seperti yang sudah dilakukan antar institusi kepolisian," tambahnya.

Menanggapi pertanyaan tentang kemungkinan adanya hubungan antara bom tersebut dengan pertemuan petinggi Kepolisian dengan pelaku peledakan bom Bali di kafetaria Starbuck's belum lama ini, Hassan menjawab, "Saya tidak ikut minum kopi di sana."

Ada kesamaan

Pangdam Jaya Mayor Jenderal Agustadi Sasongko Purnomo yang juga datang ke lokasi tidak lama setelah bom meledak, menegaskan bahwa melihat jenis bomnya yang diduga termasuk high explosive, tidak beda jauh dengan bom yang meledak di Bali dan Hotel JW Marriot. Oleh sebab itu, tambah Pangdam, pelaku peledakan bom di depan Kedubes Australia juga masih merupakan kelompok yang sama. "Itu sebabnya pelakunya jelas masuk klasifikasi teroris," tegas Pangdam Jaya.

Pangdam juga menambahkan bahwa sebenarnya intelijen polisi sudah mengetahui akan adanya ancaman bom. "Hanya memang kali ini peledaknnya lebih cepat waktunya dari informasi yang telah mereka peroleh," katanya.

Da'i Bachtiar menambahkan, kejadian ini berkaitan dengan hasil penyelidikan Polri akhir-akhir ini, terkait pengejaran terhadap dua tersangka penting berbagai kasus teror bom tanah air, yakni Dr Azahari dan Noordin M Top. "Memang penyelidikan kita menyatakan wilayahnya terus bergerak mulai dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan kemudian Jawa Barat. Mereka juga dalam pelarian itu, merekrut orang-orang yang siap bunuh diri," tambahnya.

Ironisnya, ledakan itu terjadi di tengah berlangsungnya Rapat Kerja Kepala Polri dan jajarannya, dengan Komisi II DPR RI. Di tengah paparan Kepala Polri tentang berbagai programnya, -termasuk pengejaran terhadap Azahari dan Noordin M Top, serta deteksi dini terhadap gangguan keamanan menjelang pemilihan presiden tahap kedua-, beredar kabar adanya bom meledak di Kuningan. Dalam kesempatan itu Kepala Polri juga menyatakan, situasi Indonesia menjelang pemilu presiden tahap kedua, relatif terkendali.

Tak pelak, setelah menerima kabar adanya ledakan bom, Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Metropolitan Jakarta Raya, Inspektur Jenderal M Firman Gani, segera meninggalkan ruang rapat. Saat ditanya Kompas tentang kepastian peristiwa ledakan bom itu, Firman menjawab singkat, "Ya, baru akan dicek." Sekeluarnya Firman dan sejumlah pejabat Polri dari ruang rapat Komisi II, Kepala Polri sempat meminta agar rapat diteruskan. Namun, berdasarkan kesepakatan lanjutan antara Ketua Komisi II DPR, Teras Narang, dan Kepala Polri, rapat akhirnya dihentikan sekitar pukul 11.45. (NAW/GSA/MSH/MAS/NIC/ADP)