SEBAHAGIAN askar Thailand mengawal beratus-ratus penunjuk perasaan yang ditangkap selepas bertempur dengan polis di luar balai polis Tak Bai, selatan Thailand semalam. - Gambar Reuters.
Puasa: Pesakit diabetes perlu peka pada perubahan
Written By JOM JALAN on 22/10/04 | Jumaat, Oktober 22, 2004
PESAKIT diabetes pastinya tertanya-tanya sama ada mereka mampu untuk berpuasa atau tidak pada bulan Ramadan.
Ini kerana, penyakit yang dihidapi memerlukan pengambilan ubat-ubatan secara kerap. Sebarang perubahan tabiat pemakanan pesakit diabetes boleh memberi tekanan kepada kadar metabolisme.
Semuanya kerana larangan makan, minum dan mengambil ubat-ubatan dalam tempoh antara 14 hingga 16 jam.
Bagaimanapun, ada di kalangan pesakit tidak digalakkan berpuasa termasuklah individu yang menghidap diabetes jenis 1 yang tidak menentu.
Selain itu, pesakit diabetes jenis 1 dan 2 yang tidak terkawal dan mereka yang tidak mematuhi nasihat doktor juga tidak digalakkan berpuasa.
Begitu juga dengan pesakit yang tidak mengikut jadual ubat yang betul, tidak melakukan senaman, mempunyai komplikasi serius seperti sakit dada yang tidak menentu dan hipertensi yang tidak terkawal juga tidak digalakkan berpuasa.
Pesakit yang mempunyai sejarah ketoacidosis - satu keadaan di mana penyakit diabetes tidak terkawal yang menyebabkan paras gula meningkat terlalu tinggi.
Ia menyebabkan tubuh mengeluarkan asid lemak berlebihan yang menyebabkan mereka pengsan atau koma.
Ini termasuklah pesakit diabetes yang hamil yang memerlukan insulin bagi mengelakkan kemudaratan kepada kandungan.
Pesakit diabetes yang mempunyai masalah jangkitan yang sukar dikawal, warga tua yang telah nyanyuk serta mereka yang mempunyai sejarah sebanyak dua atau lebih episod hipoglisemia atau hiperglisemia semasa Ramadan tidak digalakkan berpuasa.
Tip pesakit diabetes
Mereka yang ingin berpuasa pada bulan Ramadan digalakkan:
* Berpuasa sunat bagi menyesuaikan ubat-ubatan, pemakanan yang seimbang dan suntikan insulin.
* Menjalani ujian darah
* Dari aspek pemakanan, pesakit dinasihatkan supaya:
a. Mengambil makanan yang mempunyai kandungan serat yang tinggi, rendah lemak, karbohidrat yang kompleks dan rendah garam.
b. Minumlah sekurang-kurangnya enam hingga lapan gelas air setiap hari bagi menggantikan air yang hilang semasa berpuasa
c. Makan sekurang-kurangnya
d. Sebaik-baiknya bersahurlah sebelum waktu imsak dan bukan sebelum tidur untuk mengelakkan waktu berpuasa yang lebih panjang.
* Pesakit dinasihatkan melakukan senaman ringan dan sederhana semasa bulan Ramadan.
* Dari aspek ubat-ubatan yang dimakan, perubahan dos ubat sulphonylurea seperti glibenclamide, gliclazide atau glipizide:
a. Dua kali sehari setengah jam semasa berbuka dan bersahur dapat menurunkan risiko hipoglisemia dan hiperglisemia.
Biasanya dos sebelum waktu sahur perlu dikurangkan daripada biasa untuk mengelakkan hipoglisemia semasa berpuasa.
b. Ubat sulphonylurea perlu diambil 30 minit sebelum makan iaitu sejurus selepas waktu berbuka.
Sementara menunggu, pesakit digalakkan untuk menunaikan solat maghrib dahulu.
c. Bagi mereka yang menggunakan ubat metformin, acarbose atau rosiglitazone, mereka tidak perlu menukar dos, yang biasanya diambil pada waktu tengah hari boleh ditinggalkan.
Terdapat ubat terbaru di pasaran iaitu repaglinide yang boleh dimakan sejurus selepas waktu berbuka. Ubat ini dikenal pasti dapat mengurangkan hipoglisemia semasa berpuasa dan boleh mengawal diabetes lebih baik.
Pakar-pakar perubatan berpendapat, pesakit yang bergantung kepada insulin sama ada diabetes 1 atau diabetes 2 boleh berpuasa dengan selamat.
* Suntikan tiga kali sehari.
* Suntikan sebelum berbuka dan bersahur menggunakan suntikan insulin yang bertindak dalam jangka masa pendek
* Suntikan insulin bertindak dalam jangka masa sederhana seperti Monotard, Insulatard atau Humulin N atau L.
Insulin seperti Actrapid atau Humulin R perlu disuntik 30 minit sebelum makan. Mengikut fatwa ulama suntikan ini tidak membatalkan puasa.
Satu pilihan lain ialah menggunakan insulin jenis baru (insulin Lispro) yang disuntik sejurus selepas makan.
Insulin analog ini didapati lebih sesuai digunakan sewaktu berpuasa kerana kurang menyebabkan hipoglisemia.
Mereka juga boleh membuat suntikan dua kali sehari sebelum berbuka dan bersahur dengan menggunakan insulin yang bertindak dalam jangka masa pendek yang dicampur dengan insulin bertindak sederhana seperti Mixtard atau Humulin 30.
Pesakit yang menyuntik insulin perlu memantau paras glukos mereka sebelum dan selepas berbuka dan bersahur bagi memastikan mereka tidak mengalami hipoglisemia. (UM)
Presiden Yudhoyono lantik kabinet baru
Presiden Yudhoyono lantik kabinet baru
Setelah tertunda selama tiga jam, Presiden Indonesia yang baru Susilo Bambang Yudhoyono bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla mengumumkan susunan kabinet yang dinamakan Kabinet Indonesia Bersatu pada Rabu (20/10/2004) pukul 23.40 WIB.
Dalam Kabinet Indonesia Bersatu, terdapat lima orang yang berasal dari kalangan purnawirawan TNI, seperti Menko Politik, Hukum dan Keamanan Laksamana (purn) Widodo AS, Letjen (purn) Mohammad Maruf (mantan Kasospol ABRI), Laksma (purn) Freddy Numberi, Letjen (purn) Sudi Silalahi (mantan Pangdam Brawijaya) dan Irjen (purn) Taufik Efendi.
Melihat latar belakang partai politik, dari Partai Demokrat ada Jero Wajik dan Taufik Efendi, dari Partai Amanat Nasional ada Hatta Radjasa dan Bambang Sudibyo, dari Partai Bulan Bintang ada MS Ka'ban dan Yusril Ihza Mahendra, dan dari Partai Kebangkitan Bangsa ada Saefullah Yusuf dan Alwi Shihab.
Dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia ada Meutia Hatta-Swasono, dari Partai Keadilan Sejahtera ada Anton Apriantono dan Yusuf Azhari, dari Partai Persatuan Pembangunan ada Suryadarma Ali dan Bachtiar Hamzah. Fahmi Idris dianggap mewakili Partai Golkar, sementara Adhyaksa Dault dari tim Wiranto.
Tekan defisit anggaran
Sementara, menteri keuangan yang baru, Jusuf Anwar seusai dilantik mengatakan, dirinya akan memusatkan diri untuk menekan defisit anggaran.
Langkah itu banyak dianggap pengamat sebagai hal yang sulit dicapai, mengingat bengkaknya ongkos subsidi BBM menyusul kenaikan harga minyak mentah dunia.
Menurut Jusuf Anwar, departemennya akan berupaya sekuatnya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk menekan tingkat pengangguran walau dana pemerintah saat ini sangat cekak.
Defisit anggaran tahun ini diprediksi senilai 1,3 persen dari Produk Domestik Bruto dengan pertumbuhan ekonomi senilai 4,8 persen.
Berikut nama menteri dan pejabat setingkat menteri pada Kabinet Indonesia Bersatu:
Menteri Koordinator
Menko Politik Hukum dan Keamanan : Laksamana (Purn) Widodo AS
Menko Perekonomian : Aburizal Bakrie
Menko Kesra : Alwi Shihab
Menteri Departemen
Menteri Dalam Negeri : Letjen (purn) Mohammad Ma'ruf
Menteri Luar Negeri : Hassan Wirajuda
Menteri Pertahanan : Juwono Sudarsono
Menteri Hukum dan HAM : Hamid Awaluddin
Menteri Keuangan : Yusuf Anwar
Menteri Pertambangan dan Energi : Purnomo Yusgiantoro
Menteri Perindustrian : Andong Nitimiharja
Menteri Perdagangan : Mari E. Pangestu
Menteri Pertanian : Anton Apriantono
Menteri Kehutanan : M.S. Ka'ban
Menteri Perhubungan : Hatta Radjasa
Menteri Kelautan dan Perikanan : Laksamana Muda (purn) Freddy Numberi
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi : Fahmi Idris
Menteri Pekerjaan Umum : Joko Kirmanto
Menteri Kesehatan : Siti Fadhilah Supari
Menteri Pendidikan Nasional : Bambang Sudibyo
Menteri Sosial : Bachtiar Chamsyah
Menteri Agama : MM Basyuni
Menteri Negara
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata : Jero Wajik
Menteri Riset dan Teknologi : Kusmayanto Kadiman
Menteri Koperasi dan UKM : Suryadarma Ali
Menteri Lingkungan Hidup : Rachmat Witoelar
Menteri Pemberdayaan Perempuan : Meutia Farida Hatta
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara : Taufik Effendi
Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal : Saifullah Yusuf
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional : Sri Mulyani
Menteri BUMN : Sugiharto
Menteri Komunikasi dan Informasi : Sofyan Djalil
Menteri Pemuda dan Olahraga : Adhyaksa Dault
Menteri Perumahan Rakyat : Muhammad Yusuf Ashari
Pejabat Setingkat Menteri
Jaksa Agung : Abdul Rahman Saleh
Sekretaris Negara: Yusril Ihza Mahendra
Sekretaris Kabinet : Sudi Silalahi
20 Oktober, 2004 - Published 09:57 GMT
SBY dilantik, jalan berat di depan
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) hari ini dilantik sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia untuk masa jabatan 2004-2009.
Pengambilan sumpah di depan sidang paripurna MPR itu dihadiri sejumlah kepala pemerintah asing, termasuk PM Australia John Howard, PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi, dan Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darussalam.
Pada pukul 10.20 WIB, SBY mengucapkan sumpahnya sebagai presiden baru republik Indonesia yang kemudian diikuti pengucapan sumpah wakilnya, Yusuf Kalla.
Megawati dipuji
Dalam upacara pelantikan presiden dan wakil presiden tersebut, ketua MPR, Hidayat Nur Wahid memuji kerja pemerintah Megawati Sukarnoputri yang telah berhasil menjamin kelancaran dan kesukseskan pemilihan presiden.
Akan tetapi sangat terasa ketidak hadiran mantan presiden Megawati sendiri serta mantan wakilnya Hamzah Haz, dalam upacara pelantikan yang sangat bersejarah ini, walaupun suami Megawati, Taufik Kiemas, datang untuk menyaksikan upacara tersebut.
Ketua Umum PBNU, Hasyim Muzadi, menjelaskan bahwa Megawati tidak hadir dengan alasan bahwa dia tidak diharuskan menyaksikan pelantikan penggantinya.
Muzadi menambahkan, Megawati hanya menggunakan haknya untuk tidak hadir.
Upacara pelantikan yang berlangsung 45 menit ini dipotong interupsi dari sejumlah anggota DPR yang menginginkan agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan pidato pendek di gedung MPR.
Namun, permintaan tersebut tidak dikabulkan, karena Presiden SBY sudah memutuskan akan menyampaikan pidato pertamanya pukul 15 waktu Indonesia Barat di Istana Presiden.
Jalan berat di depan
Dalam pidato pertamanya itu, Yudhoyono mengindikasikan jalan yang cukup berat yang akan dilalui oleh pemerintahnya dalam upaya untuk memperbaiki krisis berdimensi jamak itu.
Dia berjanji akan membasi korupsi yang dilihat sebagai salah satu masalah yang akut di Indonesia, yang selama ini membuat Indonesia tidak bisa melaksanakan pembangunan ekonomi.
SBY juga berjanji akan memerangi terorisme.
Presiden, yang semasa pemerintahan Megawati menjabat sebagai Menko Polkam itu, memperingatkan masyarakat agar tidak mengharapkan perubahan yang dramatis.
Tidak bisa 100 hari
Presiden Yudhoyono mengakui bahwa problem-problem yang rumit dan sulit yang dihadapinya tidak mungkin bisa diatasi dalam waktu 100 hari, seperti banyak dibicarakan media massa selama ini.
Namun dia berjanji akan memimpin sendiri pemberantasan korupsi.
"Pemerintah akan melancarkan program untuk membasmi korupsi. Saya sendiri yang akan memimpinnya," kata Yudhoyono.
Presiden baru ini juga menyinggung upaya untuk mengatasi konflik di Aceh dan Papua. Dia mengatakan, dia akan memberikan perhatian khusus pada kedua konflik itu.
Tentang ancaman terorisme, SBY juga menyatakan tekad untuk memeranginya dan akan menjadikan itu sebagai prioritas utama pemerintahnya.
Jalur Padat Menuju Cikeas
Written By JOM JALAN on 15/10/04 | Jumaat, Oktober 15, 2004
TIDAK sudi menjadi presiden yang loyo, Jenderal (purnawirawan) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kini rajin menggembleng diri. Tiap pagi selepas subuh, ia sudah bersimbah keringat, setelah hampir satu jam pria 55 tahun ini beraksi di atas treadmill dan sadel sepeda statis di kediamannya, Puri Cikeas, Bogor. Sejenak ia istirahat, lalu tensi darah dan denyut nadinya diperiksa dokter. ''Kesehatannya prima, staminanya fit dan terjaga,'' kata dr. Robert. P. Hutabarat, dokter pribadi SBY.
Kebugaran tubuh menjadi kebutuhan mendasar belakangan ini. Sebagai presiden terpilih, setiap hari seabrek kesibukan siap menanti. Senin lalu, misalnya, SBY sudah kedatangan Yusril Ihza Mahendra, Ketua Umum Partai Bulan Bintang, pukul 08.00. Disusul oleh Muhammad Jusuf Kalla (MJK), wakil presiden, 45 menit kemudian. Tak lama, Laksamana (purnawirawan) Widodo AS, bekas Panglima TNI, juga nongol. Pembicaraan empat tokoh itu --kini banyak yang menyebutnya Tim Empat-- baru berakhir pukul 11.00.
Susilo tak sempat beristirahat, karena Purnomo Yusgiantoro, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada kabinet Megawati, sudah datang. Mereka agaknya bicara panjang lebar, hampir dua jam. SBY meminta keterangan dan data seputar masalah bahan bakar minyak. Beres dengan Purnomo, ia menggelar rapat dengan 11 tenaga ahli muda dan profesional, Andi Mallarangeng dan kawan-kawan, yang selama ini dekat dengannya. Pertemuan berlangsung hingga sore hari.
Kesibukan SBY lebih berjibun lagi, sejak Jumat ini. Hari di mana SBY mulai memanggil orang-orang yang bakal jadi pembantunya di kabinet. Setumpuk daftar usulan calon menteri sudah masuk ke mejanya. ''Tingginya kalau diukur sudah segini saya,'' kata lelaki tinggi besar ini seraya menunjuk dadanya. Pengirimnya beragam, ada yang dari partai politik, kelompok-kelompok profesi, hingga lembaga swadaya masyarakat.
Tentunya, tak semua usulan itu bisa diterima. Hanya 34 orang yang bakal terpilih, sesuai dengan jumlah kursi menteri yang disiapkan untuk kabinetnya. Untuk mendapatkan orang-orang pilihan itu, SBY akan melakukan uji kelayakan dan kepatutan langsung. ''Apakah para calon menteri itu layak dalam hal integrasinya, kemampuan, loyalitas, dan apakah mereka disukai pasar,'' ujar SBY.
Dijadwalkan, proses seleksi sudah rampung menjelang pelantikan presiden, 20 Oktober mendatang. Sehingga, sore harinya bisa menyusulkan pelantikan para menteri. Selama menanti hari-H, identitas para menteri ini disembunyikan. Sampai-sampai tempat pemanggilan para kandidat pun disembunyikan. Bisa di Cikeas, bisa pula di tempat lain. Andi Mallarangeng, juru bicara sementara, memberi gambaran, kabinet bakal diisi oleh 40% orang-orang dari partai politik, dan sisanya dari kalangan profesional.
Siapa saja menteri pilihan SBY itu? Tak mudah memastikannya. Tapi setidaknya bisa ditelusuri dari jalur-jalur yang dilewati para kandidat itu sebelum menuju Cikeas. Setidaknya ada empat jalur yang bisa dilalui para kandidat itu sebelum menuju Cikeas. Yakni: partai politik penyokong pasangan SBY-MJK, organisasi keagamaan, organisasi kemasyarakatan, dan jalur profesi. Di luar itu, ada juga yang memanfaatkan saluran para kiai yang dikenal punya akses ke SBY, dan ada pula yang berjuang sendiri-sendiri.
Geliat penggodokan calon menteri, misalnya, tampak di Partai Demokrat, yang mendorong SBY ke kontes calon presiden. Partai ini telah mengirim daftar "jago"-nya dalam tiga "kloter". Kloter pertama berisi sembilan nama. Kemudian disusul gerbong kedua berisi 21 nama. ''Kloter ketiga menyusul,'' kata Subur Budhisantoso. Padahal, menurut Andi Mallarangeng, masing-masing partai pendukung paling hanya kebagian dua kursi.
Menurut Budhi, sebenarnya calon menteri yang resmi dari kantong Partai Demokrat adalah yang di kloter pertama. Tapi, karena banyaknya keinginan dari pengurus partai yang masuk kabinet dan mengisi jabatan instansi pemerintah serta badan usaha milik negara, Budhi terpaksa meloloskan dua kloter susulan. Itu pun diluluskan oleh gurus besar Jurusan Antropologi Universitas Indonesia ini dengan ngedumel. "Karepmu, tulisen kabeh (Terserah kamu, tulis saja semua)!'' Budhi mengulangi ucapannya kepada orang-orang Partai Demokrat.
Sayangnya, Budhi enggan menyebut nama-nama yang masuk dalam gerbong pertama. Namun ia tak menampik bahwa Irzan Tanjung dan sekretaris jenderal partai, E.E. Mangindaan, masuk dalam daftar. Kabarnya, Irzan diplot untuk menjadi Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Industri, sedangkan E.E. Mangindaan sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Tentu, untuk memperolehnya, mereka harus bersaing dengan kandidat yang masuk dari jalur lain. Sementara Budhi sendiri disebut-sebut bakal mengisi kursi Menteri Sosial atau Menteri Kebudayaan.
Penyokong SBY lainnya, Partai Bulan Bintang, juga sudah menyodorkan sejumlah nama. Namun, kabarnya, yang paling kuat terpilih hanya dua orang. Peluang Yusril Ihza Mahendra sepertinya tak terbendung. Selain posisinya sebagai ketua umum partai, guru besar hukum tata negara Universitas Indonesia ini termasuk orang yang selalu dimintai pendapat oleh SBY. Posisi Sekretaris Kabinet atau Menteri Koordinator Hukum dan Politik Keamanan konon menantinya. Satu lagi calon menteri dari kantong Partai Bulan Bintang adalah M.S. Kaban.
Yang adem-ayem justru Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), partai gurem yang sejak awal telah menjagokan SBY. Semula tersebutlah nama Tato Pratamanggala, Wakil Ketua Umum PKPI, untuk masuk kabinet. Belakangan, kader lain, Muthia Hatta, ikut meramaikan bursa kabinet. Selain menjadi wakil partai, putri sulung proklamator Mohammad Hatta ini sekaligus mewakili tokoh kaum perempuan. Menanggapi peluangnya ini, kepada Elmy Diah Larasati dari Gatra, Muthia hanya berujar, ''Maaf, saya belum mau bicara tentang itu.''
Bursa menteri diramaikan juga oleh partai politik yang belakang mengalihkan dukungannya kepada SBY, yakni Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dari PAN, menurut Yasin Kara, Wakil Sekjen PAN, muncul nama Hatta Radjasa dan Bambang Sudibyo. Keduanya sudah disodorkan secara lisan ketika SBY menemui Amien Rais, Ketua Umum PAN, di Yogyakarta.
Namun, baik Hatta maupun Bambang masih bungkam soal pencalonannya itu. ''Saya malah belum tahu,'' kata Bambang, ekonom senior Universitas Gadjah Mada yang juga Menteri Keuangan era pemerintahan Gus Dur itu. Sedangkan Hatta, Menristek Kabinet Gotong Royong, menanggapinya secara diplomatis. ''Saya siap menerima apa pun keputusan partai, namun lebih ingin berkonsentrasi di Senayan,'' kata anggota DPR dari PAN itu.
Dari kubu PKS, kandidat menterinya digodok oleh Lembaga Tinggi Partai, yang terdiri dari Ketua Majelis Syuro, Ketua Majelis Pertimbangan Partai, Ketua Dewan Syariah, sekjen, dan bendahara umum. Lantas, menurut Rahmat Abdullah, Ketua Majelis Syuro, lembaga ini telah memberi mandat kepada tim beranggota empat orang untuk bernegosiasi dengan pihak SBY. Menurut Hidayat Nur Wahid, kini Ketua MPR, SBY pernah mengatakan akan melibatkan kader PKS dalam kabinet. ''Insya Allah, Pak SBY tidak melupakan janjinya,'' katanya.
Siapa saja anggota tim itu dan siapa pula kandidat menterinya? Semua petinggi partai tutup mulut. ''Takut salah nanti saya,'' kata Tifatul Sembiring, penjabat Presiden PKS yang sementara waktu menggantikan Hidayat Nur Wahid, kepada Alfian dari Gatra. Namun, di luaran, beredar nama-nama Fuad Bawazier, Irwan Prayitno, Edi Suparno, Soeripto, dan Anis Matta, kader PKS yang siap masuk jajaran kabinet.
Perebutan kursi kabinet juga seru di Partai Persatuan Pembangunan (PPP), partai yang last minute berbelot dari Koalisi Kebangsaan, "rival" kubu SBY. Bachtiar Chamsyah, Menteri Sosial kabinet Mega, yang semula peluangnya "aman", tiba-tiba tereliminasi. Kabarnya, rival Hamzah Haz dalam perebutan Ketua Umum PPP lalu itu tersingkir setelah Hamzah bertemu SBY, Selasa malam lalu.
Kabarnya, dalam pertemuan di rumah Hamzah di Bogor itu, Hamzah langsung menyodorkan empat nama, yakni Ali Marwan Hanan, Surya Dharma Ali, Zarkasih Noor, dan Endin Soefihara. Sementara itu, dari kalangan profesional, Hamzah mengusulkan nama La Ode Kamaloeddin, orang dekatnya Hamzah yang selama ini aktif di kantor wakil presiden.
Namun munculnya nama-nama tersebut dibantah Ahmad Farial, salah satu Ketua PPP, yang menemani Hamzah. Nama-nama itu baru muncul belakangan, setelah Dewan Pimpinan Pusat PPP melakukan musyawarah pada Rabu siang. Hasilnya tak bergeser dari empat nama yang sudah disebut di atas. Ali menjadi calon kuat dari unsur unsur Parmusi, setelah pentolan Parmusi lainnya, Bachtiar, gugur. Sedangkan tiga nama lainnya mewakili unsur Nahdlatul Ulama (NU).
Kalau Ali tanpa saingan, tampaknya rebutan kursi bakal seru terjadi di antara kader PPP dari unsur NU. Maklumlah, PPP belum tentu mendapat jatah empat kursi. Tapi, menurut sumber Gatra di PPP, tampaknya Surya Dharma lebih berpeluang untuk maju. "Yang lainnya pelengkap penderita saja," ujarnya sembari tersenyum kecil.
Peluang besar yang dimiliki Surya ini lebih karena "restu" Hamzah. Maklum, masuknya Surya ke kabinet tentu akan membuat satu kursi PPP kosong di parlemen. Nah, kursi kosong inilah yang nantinya memudahkan Agus Haz, putra Hamzah, masuk di parlemen menggantikan Surya.
Namun "skenario" ini bisa saja tak mulus. Walau sama-sama dari satu daerah pemilihan Jakarta I, Agus hanya bercokol di nomor urut tiga. Sedangkan PPP hanya meraup satu kursi di DPR dari daerah pemilihan ini. Sementara itu, di bawah Surya masih ada Lena Mariana Mukti. Tentunya Lena berpeluang menggantikan Surya. Selain nomor urutnya lebih "jadi", ia juga punya posisi penting di partai, yakni fungsionaris dewan pimpinan pusat.
Jalan lain yang bisa dilalui calon menteri untuk dipanggil SBY ke Cikeas adalah lewat NU dan Muhammadiyah. Kedua organisasi Islam besar ini telah dijanjikan kursi menteri jauh-jauh hari, ketika SBY bicara dalam seminar Badan Musyawarah Antargereja di Surabaya, 24 Agustus lalu. NU akan mendapat pos Menteri Agama, sedangkan Muhammadiyah kebagian Menteri Pendidikan Nasional.
Seakan ingin memenuhi janjinya, SBY menemui Syafi'i Ma'arif, Ketua Umum PP Muhammadiyah, di Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Rabu dua pekan lalu. Namun, menurut Syafi'i, pembicaraan itu masih menyangkut hal-hal umum. Belum sampai pada nama-nama calon menteri. ''Jika diminta, saya akan siapkan (kader) yang terbaik,'' kata guru besar ilmu sejarah Universitas Negeri Yogyakarta itu.
Namun Abdul Mu'ti, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, menuturkan, dari informasi yang beredar, pihaknya mendapat jatah dua posisi menteri. Selain pos Menteri Pendidikan Nasional yang sudah lama didengung-dengungkan, juga posisi Menteri Kesehatan. Untuk mengisi kedua jatah ini, Muhammadiyah sudah menimang-nimang kader unggulannya.
Moeslim Abdurrahman, Ketua Lembaga Pengembangan Buruh, Tani, dan Nelayan, berbagi peluang dengan Din Syamsuddin, Ketua PP Muhammadiyah, Zamroni, dan Sofyan Effendy, Rektor Universitas Gadjah Mada, untuk jadi Menteri Pendidikan. Sedangkan untuk calon Menteri Kesehatan hanya muncul nama Soedibyo Markus, Ketua Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat PP Muhammadiyah yang juga konsultan di United Nation Development Program. "Siapa yang akan ditunjuk, tergantung Pak SBY dan Pak Syafi'i," ujar Mu'ti.
Dari arah yang lain, ada calon menteri dari jalur NU, sekaligus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), seperti dilansir Forum Langitan. H. Fathorrasjid, juru bicara forum itu, menyebutkan lima nama yang diusung ke Puri Cikeas. Mereka adalah Alwi Shihab, Saifullah Yusuf, Mahfud MD, Salahudin Wahid, dan KH Yusuf Muhammad. Dari nama-nama itu, hanya Saifullah Yusuf yang kabarnya sudah dielus SBY untuk jadi Menteri Kepemudaan.
Adapun untuk posisi Menteri Agama, tampaknya Salahudin Wahid, adik kandung Gus Dur, berpeluang besar. ''Gus Solah (sapaan akrab Salahudin) adalah kader NU yang cukup kapabel,'' ujar KH Anwar Iskandar, Ketua Dewan Syuro PKB Jawa Timur, tentang cawapres pasangan Wiranto ini kepada Arif Sujatmiko dari Gatra. Kabarnya, Gus Solah hanya mendapat saingan dari Maftuh Basuni, kader NU yang kini menjadi Duta Besar RI untuk Arab Saudi.
Di luar jalur itu, masih ada jalur profesional yang diajangkan untuk mengisi pos menteri bidang ekonomi dan hukum. Misalnya Setyanto P. Santosa, bekas Direktur Utama PT Telkom, yang disebut-sebut bakal mengisi Menteri BUMN. Selama musim kampanye, bekas Deputi Bidang Industri Menneg BUMN ini masuk geng "Lembang Sembilan", tim sukses MJK.
Setumpuk daftar inilah yang menanti panggilan SBY. Dengan sisa waktu yang kurang sepekan dari jadwal pelantikan presiden, wajar kalau SBY harus ekstra keras menyortir mereka. Dibutuhkan kondisi fit agar tak salah pilih.
Hidayat Gunadi, Luqman Hakim Arifin, dan Hatim Ilwan
[Laporan Utama, Gatra Nomor 49 beredar Jumat 15 Oktober 2004]
Akhirnya hatiku milikmu jua...
Written By JOM JALAN on 13/10/04 | Rabu, Oktober 13, 2004
BEGITULAH seni kata lagu `Kalau Jodoh Tidak Ke mana', nyanyian Allahyarham Seniman Agung Tan Sri P Ramlee dan Saloma dalam filem Anak Bapak. Lagu itu dijadikan muzik latar oleh pelakon M Rajoli bersama isteri keduanya, Wan Chik Othman, 64, untuk memeriahkan majlis perkahwinan ibu beliau, Khadijah Udin, 74, dengan bekas suami kedua, Kamarudin Mohammad, 72.
Seni kata lagu itu menyimpan 1,001 makna kepada pasangan berkenaan kerana selepas bercerai 47 tahun, mereka akhirnya ditemukan jodoh untuk bersatu semula dalam ikatan perkahwinan.
"Aku terima nikahnya Khadijah Udin, dengan mas kahwinnya sebanyak RM2,000," ucap Kamarudin ketika melafazkan akad nikahnya di depan imam Masjid Wakaf Bharu, Tumpat, Abdullah Daud, tepat jam 9.15 malam pada 4 Oktober lalu.
BIDUK lalu kiambang bertaut. Selepas 47 tahun bercerai dengan cara dan haluan masing-masing, mereka kembali sebagai pasangan suami isteri.
- Gambar oleh Syamsi Suhaimi
Majlis akad nikah yang penuh bermakna bagi pasangan pengantin baru itu disaksikan Rajoli iaitu anak sulung Khadijah hasil perkahwinan pertamanya dengan Allahyarham Mohd Zin Abdul Latif.
Ibarat `sirih pulang ke gagang', bapa kepada lapan anak, hasil perkongsian hidup dengan 52 isteri, dua daripadanya berasal dari Bangkok dan Wilayah Songkhla, Selatan Thailand itu tidak menduga sama sekali akan kembali ke pangkuan bekas isteri pertamanya, ibu tunggal anak tiga.
â€Å“Ini satu keajaiban. Walaupun bertemu dan berpisah perkara lumrah, namun berkahwin semula dengan isteri pertama setelah 47 tahun berpisah memang luar biasa. Mungkin kisah saya ini boleh jadi rekod dunia,†kata Kamaruddin yang berharap pengakuannya tidak menjejaskan keharmonian anak dan cucunya terutama yang tinggal di sekitar Lembah Klang.
Beliau ada menyerahkan surat cerai kepada Khadijah yang ketika itu hamil lapan bulan dan sempat memberitahu bahawa â€Å“kalau ada jodoh semula, kita tak ke mana. Satu hari kita pasti bertemu jua.
"Bagaimanapun, perceraian itu tidak sah kerana selain isteri hamil, saya menyebut nama isteri sebagai Khadijah Wan Ali, bukan Khadijah Udin. Saya sendiri tidak tahu kenapa boleh terkeluar nama Wan Ali iaitu nama datuk Khadijah," katanya ketika ditemui di rumah abang Khadijah, Othman di Kota Kubang Labu, Pasir Pekan, Kelantan untuk satu majlis keraian.
Ketika ditanya mengenai jumlah isteri yang dinikahi selepas bercerai dengan Khadijah, Kamarudin secara berseloroh berkata: "Mana nak ingat... kalau rujuk dalam komputer mungkin ada."
Saudara terdekat yang kebetulan berada di sisinya ketika pertemuan dengan Berita Minggu itu, mencelah sambil berkata: "Bukan 48 (isteri) ke? Kamarudin yang ketika itu termangu seketika terus menjawab: "Oh ye... 52 orang, tapi saya tidak ingat semua namanya."
Perkahwinan beliau dengan Khadijah dikurniakan anak tunggal, Rohana, manakala perkahwinan dengan isteri kedua bernama Maimunah berasal dari Bangkok dikurniakan seorang anak iaitu Norizan.
Anaknya daripada isteri lain iaitu Rahmah dikurniakan Faridah dan Faizal; dengan Maimun memperoleh Shahrul dan Shahril; Roslan (Fatimah); Jefri dan Norafiza daripada ibu berbangsa Inggeris.
Bagaimanapun, Kamarudin tidak dapat mengingati nama ibu Jefri dan Norafiza kerana mungkin keliru berikutan ramai wanita yang dinikahinya.
Kisah hidup pasangan Kamarudin dan Khadijah cukup unik kerana selepas bercerai, mereka masing-masing melalui kehidupan tersendiri apabila Khadijah melayari hidup berkahwin kali ketiga dengan Mohd Zin Ahmad, manakala Kamarudin berkahwin dan bercerai dengan 52 orang isteri dalam tempoh 47 tahun perceraian mereka.
"Niat saya ikhlas, saya tidak main-main. Saya juga tidak bersetuju memadukan isteri. Perkahwinan ini memang cukup menggembirakan terutamanya Rohana.
"Kenyataan Rohana bahawa saya sentiasa terkenangkan ibunya (Khadijah) selama ini memang benar kerana walaupun saya berkahwin dengan ramai wanita, hati, kasih dan cinta saya tetap pada yang satu, Khadijah," katanya.
Menjawab soalan perbandingan ketika usia 70-an, ramai yang semakin uzur dan ada yang meninggal dunia, Kamarudin menjawab: "Itu sebabnya saya rasa Tuhan panjangkan umur saya supaya dapat bertaubat, meninggalkan perkara tidak elok dan dapat kembali hidup bersama meneruskan kehidupan dengan dia (Khadijah)."
Mengenai petua berkahwin ramai, Kamarudin berkata, beliau tidak mengamalkan apa-apa petua untuk memikat hingga berjaya dinikahi wanita yang diminati. â€Å“Saya juga tidak menggalakkan lelaki lain buat seperti saya,†tambahnya.
Katanya, apabila berminat dengan seseorang khususnya yang berdahi licin, beliau akan terus bertanya kepada wanita berkaitan sambil menyatakan keinginan untuk bernikah.
"Dan jika dipersetujui... hari sama, esok atau lusa, saya akan bernikah," katanya.
Kamarudin adalah abang kepada beberapa tokoh korporat dan pensyarah universiti, antaranya Datuk Zulkifli Mohamad, bekas suami Seniwati Sarimah dan Tan Sri Rahim Mohamad.
Difahamkan, seorang lagi adik Kamarudin berkahwin dengan anak Primadona, Maria Menado.
Bagi Khadijah, beliau menerima Kamarudin kerana memikirkan hidup bersendirian berikutan lapan anak hasil perkongsian hidup dengan tiga suami, sudah berumah tangga dan masing-masing mempunyai pekerjaan.
Anak Khadijah ialah Rajoli, Muhaini dan Mohd Fauzi dengan suami bernama Mohd Zin Abdul Latif; Rohana (Kamarudin); Maizun, Abdul Rahim, Zalina dan Mohd Khairi (Mohd Zin Ahmad).
"Selepas Mohd Zin (Ahmad) meninggal dunia, tinggal saya seorang diri di rumah tanpa jagaan. Saya hendak bekerja (kembali kepada kerja lama – tukang jahit) anak tidak benarkan. Saya bosan tinggal seorang diri dan nekad mahu berkahwin lagi jika ada orang sudi.
"Walaupun usia sudah lanjut, saya menganggap perkahwinan ini bukan untuk keseronokan tetapi saya memerlukan teman hidup untuk menjaga saya yang hendak menghabiskan sisa-sisa usia dengan beribadat," katanya.
Ditanya kenapa beliau menerima semula Kamarudin sedangkan bekas suaminya itu pernah meninggalkannya, Khadijah berkata, beliau menerimanya kerana tahu bekas suaminya itu sudah insaf dengan perbuatannya yang lampau, lebih lagi semua anak restu.
Pada 1957 beliau berkahwin dengan Kamarudin, tetapi perkahwinan itu tidak kekal kerana ketika hamil lapan bulan (mengandungkan Rohana) Kamarudin meninggalkannya seperti gantung tidak bertali.
"Selepas digantung tidak bertali dan bersalin, saya menerima surat cerai kali kedua daripada Kamarudin. Kali ini lafaz itu sah. Dia menceraikan saya kerana minat kepada gadis lain.
"Saya tahu Kamarudin seorang yang playboy. Tambahan pula ini perkahwinan pertama beliau dan yang kedua bagi saya selepas kematian suami pertama, Mohd Zin (Abdul Latif)," katanya.
Beliau menetapkan beberapa syarat mudah kepada Kamarudin jika mahu kembali, antaranya meninggalkan perangai buruk lamanya dan menyayangi semua anaknya termasuk daripada suami lain.
"Ini kerana sepanjang hayat suami ketiganya, Rohana sentiasa bersikap penyayang kepadanya (Mohd Zin Ahmad) dan saya mahu Kamarudin turut menyayangi mereka sebagai membalas kasih sayang yang Rohana berikan kepada bapa dan adik beradik tirinya," katanya.
Hasil perkongsian hidup antara Kamarudin dengan semua isterinya termasuk Khadijah bersama tiga suami, mereka dikurniakan 16 anak, 50 cucu dan 26 cicit.(http://websekolah.bharian.com.my/m/BHarian/Sunday/Perspektif/20041008151303/Article/)
Kamarudin mohon maaf
KOTA BHARU: Kamarudin Mohammad (gambar), 72, lelaki yang bernikah kali ke-53 pada 3 Oktober lalu, memohon maaf kepada semua bekas isterinya atas segala kesilapan yang dilakukannya.
Hasrat itu disampaikan Kamarudin kepada menantu tirinya, Wan Chik Othman, 64, pada majlis tahlil arwah dan meraikan beliau bersama isterinya, Khadijah Udin, 74, di rumah anak tunggal pasangan itu, Rohana, di Bangi, Selangor, malam kelmarin.
Wan Chik yang juga isteri pelakon, M Rajoli, 59, serta bekas pembaca berita Radio dan Televisyen Malaysia (RTM), berkata bapa mentuanya sedar mengenai kesilapan lalu dan mahu membuang segala perangai buruknya.
Beliau berkata, Kamarudin berhasrat menghabiskan sisa hidupnya dengan beramal dan hidup dalam aman damai.
"Sepanjang berada di Lembah Klang sejak beberapa hari lalu, ramai saudara maranya berkunjung ke rumah Rohana, 47, untuk berkenalan dan bertanya khabar.
"Pasangan itu juga diraikan dalam majlis khas yang dibuat di tempat lain, termasuk hotel dan dipelawa bermalam di rumah anak-anaknya," katanya ketika dihubungi di Kuala Lumpur, semalam.
Majlis tahlil arwah itu diadakan selepas solat Isyak, Sabtu lalu yang dihadiri kira-kira 70 ahli keluarga dan berakhir kira-kira jam 12 tengah malam.
Selain Rohana, empat lagi anak Kamarudin - Faridah, Faizal, Shahrul dan Nor Afiza, turut hadir bersama keluarga masing-masing, manakala tiga anaknya yang lain, Norizan, Roslan dan Shahril, tidak dapat hadir kerana tinggal di luar Lembah Klang dan mempunyai tugas. Seorang lagi anaknya, Jefri sudah meninggal dunia.
Semua lima anaknya yang hadir juga berpeluang meluahkan perasaan khususnya terhadap Kamarudin dan ia berjalan dalam suasana harmoni serta saling bermaaf-maafan.
Akhbar ini pada 5 Oktober lalu, melaporkan Kamarudin dan Khadijah diijabkabulkan sekali lagi selepas 47 tahun berpisah di Masjid Wakaf Bharu dekat sini.
Wan Chik berkata, sebelum lima anak Kamarudin bertemu dengan bapanya kelmarin, Rohana dengan sifat keprihatinannya sudah berusaha mengesan serta menemukan adik beradiknya sejak hampir 10 tahun lalu.
Beliau berkata, tidak timbul soal Rohana tidak mengenali adiknya kerana ia dibuat lebih awal, cuma pertemuan dengan Kamarudin yang belum dilaksanakan.
Bagaimanapun, katanya, anak dan seluruh saudara mara bersyukur kerana mereka ditemukan semula dengan Kamarudin.
"Tambah pula, Kamarudin bukan tidak langsung menjenguk mereka, cuma jarang sekali dan tempoh bertemu pula terlalu pendek," katanya.(http://www.bharian.com.my/m/BHarian/Monday/Mukadepan/20041011055407/Article/)
‘Mustahil anak saya kahwin sesama sendiri’
Written By JOM JALAN on 12/10/04 | Selasa, Oktober 12, 2004
KAMARUDIN bersama dua anaknya Rohana (kanan) dan
Faridah Hanim. - Gambar oleh Hasan Ismail
BANGI: Kamarudin Mohamad, yang kini berbulan madu selepas perkahwinan ke-53, percaya tindakannya kerap berkahwin cerai tidak menimbulkan masalah kepada keluarga, apa lagi kemungkinan ada antara anak cucunya nanti bernikah sesama sendiri.
“Mustahil ada antara anak saya bernikah sesama sendiri kerana jumlah mereka tidak ramai, hanya lapan orang. Hubungan rapat antara mereka menghalang perkara seumpama itu daripada berlaku,” katanya ketika ditemui di sini semalam.
Kamarudin, 72, yang berkahwin kali ke-53 dengan bekas isteri pertamanya, Khadijah Udin, 74, di Kota Bharu, Sabtu lalu berada di sini menziarahi rumah anak-anaknya di sekitar ibu kota untuk merapatkan kembali hubungan kekeluargaan.
Satu majlis perjumpaan keluarga diadakan hari ini di rumah anak sulungnya, Rohana, 47, di Bandar Baru Bangi bagi membolehkan sanak saudara mengenali satu sama lain serta menjelaskan segala salah faham yang berlaku sebelum ini.
Beliau menolak dakwaan anak keduanya, Norizan, 46, kelmarin yang kesal kerana tindakan bapanya itu menyebabkan dia tidak mengenali dan mengetahui jumlah sebenar adik-beradiknya.
Anak keduanya itu berkata, tindakan Kamarudin yang terlalu kerap berkahwin cerai menyebabkan pelbagai masalah, termasuk kemungkinan ada antara saudaranya nanti bernikah sesama sendiri kerana tidak mengenali antara satu sama lain.
Norizan ialah anak tunggal Kamarudin, dengan bekas isteri keduanya, Maimunah Othman, berasal dari Thailand. Beliau dibesarkan oleh isteri ketiga bapanya, Noriah Kasim, 60-an, sebelum ibu tirinya itu turut diceraikan.
Kamarudin berkata, walaupun beliau tidak membesarkan semua anaknya, pertalian darah membolehkan hubungan kekeluargaan sedia ada terjalin erat, malah semua anaknya sudah mengenali antara satu sama lain sejak dulu lagi.
“Saya mempunyai sembilan anak daripada 52 perkahwinan. Anak keenam sudah meninggal dunia. Jadi adalah mustahil saya tidak mengenali semua anak saya itu kerana bilangan mereka bukannya ramai.
“Malah, Norizan pernah tinggal bersama saya di Taman Seapark selama setahun ketika dia bekerja di Hospital Assunta kira-kira 20 tahun lalu. Saya tidak pernah mengabaikan dia dan masih menjalankan tanggungjawab sebagai bapa dengan menjadi wali ketika pernikahannya dulu,” katanya.
Kamarudin berkata, Norizan mungkin rasa tersisih kerana tinggal jauh di Kedah berbanding adik-beradik yang lain di mana lima daripada anaknya menetap di Kuala Lumpur dan seorang di Kuantan.
“Cucu saya pun tak ramai hanya 19 orang. Jadi mustahil sama sekali keturunan kami akan bernikah sesama sendiri yang ternyata melanggar hukum Islam.
“Bagaimanapun, untuk memastikan ia tidak berlaku saya akan membuat penyelidikan berhubung salasilah keturunan keluarga kami,” katanya yang akan pulang ke Kelantan Isnin ini untuk memulakan hidup baru bersama Khadijah.
Sementara itu, Rohana berkata, hubungan kekeluargaan antara adik-beradik tiri dan saudara lain sememangnya erat sejak dulu lagi.
Katanya, walaupun ada yang tidak pernah dibela dan dibesarkan oleh Kamarudin, mereka tidak pernah membenci atau meleraikan hubungan kekeluargaan sedia ada.
“Hubungan kami adik-beradik mula mesra dan erat sejak 10 tahun lalu atas inisiatif saya mencari dan menghubungi adik-adik lain kerana percaya air yang dicincang tidak akan putus.
“Kami tidak pernah membenci bapa atau adik beradik lain malah sentiasa berusaha membaiki hubungan dan memaafkan kerana setiap manusia pasti pernah melakukan kesilapan,” katanya sambil menambah, Norizan juga dijangka hadir dalam perjumpaan keluarga hari ini.
Anak keempat Kamarudin, Faridah Hanim, 35, berkata memang ketika zaman remajanya, dia pernah mempersoalkan tindakan bapanya yang berkahwin ramai.
“Mungkin jodoh tidak panjang atau tiada keserasian antara faktor penyebab bapa berkahwin banyak kali tapi saya tidak pernah marah. Selepas melihat kejayaan adik beradik lain, saya percaya ada hikmah di sebalik semua ini,” katanya.(http://www.bharian.com.my/m/BHarian/Saturday/Mukadepan/20041009091432/Article/)
Reuters.com - Man, 72, Marries for the 53rd Time - Wed October 06, 2004 09:16 AM ET
dompas (fendi96@hotmail.com) has sent you this article. |
Man, 72, Marries for the 53rd Time | |
Wed October 06, 2004 09:16 AM ET KUALA LUMPUR (Reuters) - A 72-year-old Malaysian man married this week for the 53rd time and insisted he was no playboy despite some marriages lasting just days. Kamarudin Mohamad's latest betrothal was also his first. He remarried his first "ex-wife" Sunday after divorcing her in 1958. She is now 74. In between, he married 51 other women, including an Englishwoman and two Thais. "I am not a playboy. I just love seeing beautiful women," the New Straits Times quoted Kamarudin, who hails from northern Kelantan state, as telling the paper. He said all his previous marriages ended in divorce, except his last wife who died of cancer. "My shortest marriage lasted for two days several years ago and the longest was with my last wife, a Thai woman from Songkhla, with whom I was married for 20 years." Kamarudin is a Muslim and his religion allows him to have as many as four wives at a time. Traditionally, divorce can be accomplished simply by the husband announcing it to his wife.
| |
This service is not intended to encourage spam. The details provided by your colleague have been used for the sole purpose of facilitating this email communication and have not been retained by Reuters. Your personal details have not been added to any database or mailing list. If you would like to receive news articles delivered to your email address, please subscribe at www.reuters.com. | |
© Copyright Reuters 2004. All rights reserved. Any copying, re-publication or re-distribution of Reuters content or of any content used on this site, including by framing or similar means, is expressly prohibited without prior written consent of Reuters. Quotes and other data are provided for your personal information only, and are not intended for trading purposes. Reuters, the members of its Group and its data providers shall not be liable for any errors or delays in the quotes or other data, or for any actions taken in reliance thereon. © Reuters 2004. All rights reserved. Republication or redistribution of Reuters content, including by caching, framing or similar means, is expressly prohibited without the prior written consent of Reuters. Reuters and the Reuters sphere logo are registered trademarks and trademarks of the Reuters group of companies around the world. |